Minggu, 13 Mei 2012

Bicara Soal Cita-Cita




Ternyata Menyusun cita-cita bukanlah hal yang mudah. Butuh pemikiran yang panjang dan polos. Ya, benar... polos. Polos di butuhkan untuk membuat pikiran luas ku menjadi lebih sempit. Aku memerlukan pengetahuan sempit dan polos itu agar sanggup berjuang tanpa memikirkan hal-hal yang dapat membuat ku menyerah sebelum tau akhirnya.

Aku mulai merasa iri pada diriku pada masa lalu, aku dengan umur lima tahun. Pada saat itu orang dewasa memiliki kegemaran memberikan pertanyaan yang sama bila bertemu dengan ku, pertanyaan...

"Cita-citanya apa?"

Dengan lantang, aku pasti akan menjawab, "Dokter!"

Aku rindu dengan keyakinanku pada masa lalu.

Waktu mengubah semua, kalau dulu aku menjawab pertanyaan itu dengan hal yang terlintas sejenak di pikiranku dan hal di sekitar yang ku anggap keren. Tetapi sekarang... bila aku di berikan pertanyaan yang sama.. jangankan jawaban yang lantang, jawaban lirih bahkan... sesuatu yang di lontarkan otakku saja tidak ada.

Sekali lagi... sekali lagi... aku ingin mempunyai sesuatu yang aku citakan. Sesuatu yang bisa membuatku tersenyum hanya dengan memikirkan hal itu. Sesuatu yang bisa aku berikan sebagai jawaban dengan lantang.

Seperti yang aku katakan tadi, menyusun cita-cita bukan hal yang mudah. Maka dari itu, apa salahnya bila kita lebih menghargai cita-cita orang lain? Cita-cita itu salah satu bagian hidup seseorang..
Bukan hal yang bijak dengan meremehkan cita-cita orang lain. Sekecil apapun cita-citanya... karena hal yang di anggap kecil itu membutuhkan pikiran yang lama.

Secara tidak sadar ada di diri seseorang yang berkata "Mana mungkin?" Saat ada seseorang yang berkata, "Aku ingin menjadi astrounot!"

Baiklah, mulai sekarang... aku, mungkin juga kalian... seharuanya kita bersama menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tentu saja, harus ada keseimbangan dengam usaha. Bila tidak ada keseimbangan antara keduanya, hal yang mulanya tidak mungkin akan menjadi sangat tidak mungkin, bahkan mustahil.

Tidak ada yang perlu di simpulkan disini. Apapun yang akan aku simpulkan atau kalian simpulkan, tentu akan berbeda satu dengan yang lain. Satu hal yang pasti, tulisan ini mulai kalimat awal sampai kesimpulan yang tidak bersimpul ini, aku tujukan untuk, ibuk, bapak, dan Mas Tutus. Tiga orang yang selalu memberikan, memilihkan, dan pengoreksi terbaik untuk cita-citaku.

Bila aku tidak bisa bercita-cita untuk diriku sendiri, apa salahnya aku bercita-cita untuk keluarga... cinta... dan pembayaran atas kasih mereka. Sederhana.


With love @tiskusuma
posted from Bloggeroid

5 komentar:

  1. sekarang bercita2 jadi apaan? :P

    BalasHapus
  2. jadi orang sukses... hehehe... :D

    BalasHapus
  3. aku juga bingung cita citaku apa. :(
    dulu waktu kecil njawab pertanyaan orang, gampang sama ringan banget. sekarang? hehe :D

    sukses ya mbak :) apapun cita-citanya semoga jadi orang sukses dan berguna bagi orang lain. amin

    BalasHapus
  4. aku punya cita cita jadi artis, yang penting bukan artis 3.gp xixixi

    BalasHapus
  5. @Adina: iya... amin... semoga kamu juga bisa meraih cita-cita mu ya.

    @Fiaz: Ya, semoga tercapai.

    BalasHapus

Terimakasih komentarnya :)

Titis Kusuma