Minggu, 26 Agustus 2012

Karena Cinta Itu Sempurna


Karena Cinta Itu Sempurna adalah judul sebuah novel yang sederhana tapi istimewa, pengarang novel tersebut adalah seorang skolioser yang sangat istimewa. Kak Indi atau biasa di panggil Indi memberikan sisi lain bagaimana seorang skolioser bisa  memiliki segalanya dan menjadi pemenang dengan cara ia melihat dunia dengan senyum yang ceria.


Hari ini aku beli novel Karena Cinta Sempurna yang bersampul imut tapi berisi sesuatu yang membuat ku tersentuh. Membuat ku tidak menyesal karena aku terlahir sebagai gadis yang memiliki kelainan pada tulang belakang miring ke kanan atau ke kiri atau biasa disebut skoliosis. Aku yang semula lupa dan sering memikirkan bahwa, mereka orang yang sempurna tak pernah bisa mengerti aku. Bahkan orangtua, aku anggap tak pernah mengerti bagaimana aku karena mereka tak pernah menjadi seperti diriku. Mereka tak pernah menjadi seorang dengan kelainan tulang belakang. Aku benci sekali dengan orang yang sok dewasa dan bilang bahwa mereka mengerti aku lebih dari diri ku sendiri. Siapa mereka? Orang yang melahirkan ku, orang yang paling berharga dan paling  aku cintai di dunia saja tak pernah bisa mengerti aku. Tapi setelah membaca novel Karena Cinta Itu Sempurna, aku jadi melihat dari sudut pandang yang berbeda. Membaca kisah Kak Indi yang dikeliling begitu banyak orang yang mencintainya membuat ku sangat iri. Tapi lagi-lagi pendapat ku salah, aku tidak perlu iri karena aku juga memiliki mereka, orang yang menyayangi ku tapi aku belum sadar dan aku terlalu egois untuk membuka mata.

Membaca novel Karena Cinta Itu Sempurna memberikan tebaran rasa manis dan sedikit pahit di hati. Rasa manis saat Kak Indi menulis bahwa perbedaan kami (skolioser) hanya tidak boleh berlari dan melompat, hanya itu saja, kami masih bisa seperti orang lain. Hal-hal manis masih banyak terumbar di novel manis yang di tulis penuh dengan kata-kata seperti coklat, manis yang tidak berlebihan. Aku paling suka kata-kata Kak Mika untuk Kak Indi, manis sekali:

"Ia pantas mendapatkan itu, Sugar. Ingat, jangan biarkan seorangpun menghinamu. Jangan pernah. Meskipun ia mempunyai alasan yang tepat untuk melakukannya"

Aku sampai membaca nya berulang-ulang. Menurutku, kata-kata itu pas sekali. Bagaiman bisa orang yang tak mengerti tentang diri kita dan hanya tahu tantang sampul depan bisa berpendapat bahkan menghina, itu tidak adil !

Hal manis yang lainnya adalah Kak Indi juga menulis bagaiman sahabat yang bisa di artikan sahabat atau teman yang bisa di katakan teman. Sahabat atau teman adalah seseorang yang menyayangi kita, bahkan pada saat kelebihan kita habis. Sahabat atau teman itu hanya melihat kekurangan kita dan menambalnya. Sahabat atau teman itu adalah dua hal yang harus kita ingat walaupun sampai beberapa tahun ke depan.

Bagian sedikit pahit adalah saat Kak Indi mengisahkan dia mengukur brace, itu membuat ku teringat tentang kenangan ku empat tahun yang lalu saat aku mengukur brace. Waktu awal aku di vonis terkena skoliosi umur ku masih tiga belas tahun, saat itu dokter menyarankan aku segera di operasi mengingat derajat kemiringan ku sudah 47 derajat, tapi ke dua orang tua ku langsung menolak ketika di beri tahu tentang resiko nya yaitu, derajatnya berkurang, lumpuh atau meninggal. Aku masih ingat waktu itu ibuk nangis . "Lak uang iku iso di golek i nduk, tapi lak sampean iku gak iso di golek i."  kata Ibu saat aku bertanya berapa biaya operasi nya. Dokter akhirnya menyarankan jalan lain. Dokter mengatakan kalau aku harus pakai breace, terapi rutin, dan renang. Aku sebenarnya amat sangat benci ketiga hal itu, tapi aku gak ingin lihat ibuk sedih. Waktu pengukuran pembuatan breace aku di suruh pegangan tiang yang ada di atas ku sehingga posisi ku bergelantung lalu pakaian ku di lepas, aku sempat protes karena aku malu, tapi setelah melihat wajah ibuk aku jadi menurut. Badanku di lapisi sesuatu kayak perban tapi putih seperti kapur, tubuhku di belit itu mulai dada sampai pinggang, awalnya dingin sekali yang membelit ku itu tapi tiba-tiba panas. Aku hampir nangis, soalnya dadaku sesak Sekali lagi aku berubah pikiran saat lihat wajah ibuk, ini semua demi ibuk, aku gak pengen lihat ibuk nangis!

Aku merasa bodoh sekali, bagaimana bisa aku tidak menyadari kasih sayang mereka. Kedua orangtua begitu sempurna dengan cara mereka mencintai ku, kakakku walaupun terkesan cuek tapi aku yakin dia juga sangat mencintai ku, seperti aku mencintainya.

Ini adalah bagian manis dan pahit yang ada di novel Karena Cinta Itu Sempurna saat kak Indi nulis ini: 

Aku ingin memberitahu mereka bahwa skoliosis adalah kelainan, bukan penyakit. Jadi mereka tidak perlu repot memikirkan bagaimana cara menyembuhkan ku dan bisa berhenti menyesal.

Aku tidak ingin diberlakukan spesial karena aku adalah seorang Skoliosis. Aku akan menceritakan sedikit kisahku. Pada waktu lebaran keluarga ku punya ritual khusus yaitu mudik, berkumpul di rumah nenek di Kediri. Berhubung kami keluarga besar, rumah nenek cukup besar tapi tak bisa menampung kami semua untuk tidur di dalam kamar. Tapi keluarga besar kami tak pernah mengeluh harus tidur di ruang tamu, mungkin karena kebersamaan yang hangat menghindarkan kami dari rasa dingin. Tapi aku di bedakan. Bude, tante, dan saudara ku sepepu bilang "Kamu tidur di dalam saja sama Mbah Uti, nanti punggung mu sakit,"  Sejak aku terkena skoliosis aku diberlakukan seperti itu. Padahal aku juga ingin seperti mereka, tidur di bawah sambil saling tertawa. Aku benar-benar iri, sangat iri. Mereka tak pernah mendengarkanku kalau aku baik-baik saja, kalau aku gak selemah itu, aku Titis yang kuat ! Setelah aku pikirkan, seharusnya aku berterimakasih kepada mereka, mereka sangat mencintai ku. Mereka rela, nenek rela berbagi tempat tidur dengan ku. Mereka begitu karena perhatian dengan ku, mereka sayang aku. Aku cukup puas dengan pemikiran ku itu.

Satu hal lagi, aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sebagaimana para gadis remaja yang pintar memasak, setrika, dan membantu ibu cuci piring. Aku bukan anak manja. Ke dua orangtua ku tak mengijinkan aku lelah, mereka tau kalau aku melakukan pekerjaan seperti setika, mencuci piring, dan memasak punggung ku sakit, aku tak melebih-lebihkan tapi itu memang terjadi. Tapi mereka tak tahu, bahwa aku juga ingin menjadi perempuan sebagaimana perempuan, aku ingin membantu ibuk! Dan lagi-lagi aku berpikir, mereka sangat mencintaiku sangat, itu karena mereka mencintai ku.

Begitu banyak cinta yang aku miliki dari orang di sekitar ku, cinta yang tulus, dan sederhana namun istimewa. Aku ingin menjaganya karena mereka nyawaku, cinta. 

Kembali ke Kak Indi lagi. Aku pengen ngomong ke Kak Indi, aku baca novel kakak seperti memakan coklat. Aku memakan coklat selalu ingin terus makan tapi tak ingin coklat itu habis. Seperti coklat, saat aku baca buku Kak Indi setiap halamannya aku ingin membuka halaman selanjutnya tapi aku gak ingin halaman itu habis lalu cerita berakhir. Novel Kak Indi itu seperti 'Pie Eitch' dan coklat, banar-benar manis tapi bukan manis yang membuat muntah. 

I'm a big fan of you

Terus berkarya kak, buktikan bahwa kita skolioser hanya berbeda karena tidak boleh berlari dan melompat

6 komentar:

  1. to be honest...


    aku gatau kalo kamu skolioser sebelum baca postingan ini

    jujur... aku nangis baca postingan ini :'(

    aku terlahir sempurna tapi gak bersyukur :'(

    postingan mu ini memotivasiku untuk lebih baik. terutama untuk menulis karya karya yang lebih baik (aku jurnalis dan penulis amatir)

    skoliosis bukan aib tis..

    skoliosis adalah cara Tuhan buat nunjukkin kalo Dia sayang sama ummatNya :')

    BalasHapus
  2. Halo, terimakasih ya sudah baca.. Salam kenal ya :)
    Jangan nangis dong :) tetep senyum . hehehe

    Mulai sekarang kita harus selalu bersyukur ya.
    Sekali lagi terimakasih ya, komentarmu juga memotivasi ku kok.
    Terus berkarya ya !

    Amin, Tuhan memang sayang sama aku, tapi kadang-kadang ada saatnya kasih sayangnya jadi berat.

    :)

    BalasHapus
  3. titis , itu novelnya sapa ?? ak pinjem dunk klo pny mu

    BalasHapus
  4. Halo phy..
    terimakasih udah baca :)
    itu novelnya Kak Indi.. Ini blognya:
    http://duniakecilindi.blogspot.com/
    ada juga novel pertamanya, Waktu Aku Sama Mika.
    Tapi, kalau Waktu Aku Sama Mika, aku elum punya. Aku punya yang Karena Cinta Itu Sempurna. :D

    BalasHapus
  5. Titis, percaya atau nggak, aku nangis baca postinganmu :'). walaupun aku skoliosis ringan, entah kenapa dokter juga menyarankan aku untuk memakai brace. aku inget banget waktu pengukuran brace itu, padahal yang ngukur cowok, malu setengah mati :'(. berkali-kali orang tuaku bilang, "kalo penyakitmu bisa ditransfer, ayah sama ibu siap nak!!! gimana gak terharu coba? :'(. aku nangis waktu baca kata-kata ibumu yang bilang kalo uang bisa dicari TAPI......

    huaaa :'(, air mataku masih gak bisa ditahan ini. :'(

    BalasHapus
  6. huaahhh ... Jangan nagis :)
    Kita harus tetep semangat, jadikan itu sebuah cerita, nanti kita bisa cerita-cerita ke anak cucu kita hehehe.. Bahwa hidup itu susah, tapi kalau di jalani dengan semangat AKU BISA! Pasti susah nya berkurang
    #abaikan.

    Terimakasih komennya :)

    BalasHapus

Terimakasih komentarnya :)

Titis Kusuma