Selasa, 10 September 2013

The Bridge of Hope


”The distance from failure to success is never longer than the bridge of hope.”
            Aku memulai sesuatu dengan keinginaan. Walaupun, terlihat tidak ada keinginan yang tampak. Semua. Sesungguhnya, memiliki tujuan yang didasarkan pada keinginan. Melalui itu aku bisa sampai pada tujuan. Apabila, caraku untuk mencapai tujuan itu bisa berharga bagi orang lain. Itu bonus.
            Semua berawal dari kecintaanku pada musik. Tidak sengaja aku mendengarkan salah satu lagu dari sebuah boyband Korea. Pada waktu itu aku sama sekali tidak tertarik dengan semua yang berbau ‘mereka’. Tapi, sekali mendengarkan lagu mereka. Telingaku jatuh suka pada mereka. Ada yang pernah berkata, “Kalau kita sudah suka sesuatu. Sesuatu itu akan terlihat bagus dari beberapa sisi.” Ternyata benar, aku suka mereka. Mereka terlihat baik di mataku. Aku ingin menyukai lebih dalam. Membuka mata lebih lebar. Mendengar lebih banyak suara. Mengucapkan apa yang biasa mereka ucapkan. Rasa suka ku menjadi sebuah keinginan. Lalu, melanjutkan pikiran untuk memadupadankan satu tujuan. Itulah awal mula aku mengikuti hal itu.
            Kursus Bahasa Korea.
            Hari itu cerah sekali, 1 Juli 2013. Hari kursus pertamaku. Aku sering berpindah ke tempat baru. Di tempat baru biasanya tidak ada masalah.  Tapi, aku benci tempat baru dan orang baru. Bosan beradaptasi. Itu sifat buruk, aku tahu. Kali ini tidak semuanya baru. Aku memiliki dua teman kursus yang sudah aku kenal sejak SMA. Dina dan Syifa. Kami berencana datang lebih awal.  Terlalu awal, tepatnya. Tempat kursus kami berada di lantai tujuh gedung Fakultas Ilmu Budaya. Waktu itu sepi sekali. Hanya ada satu orang perempuan yang duduk di lantai tepat depan kelas kursus. Perempuan itu menguncir kuda rambutnya tampak sedang sibuk mengotak-atik laptop. Kami memutuskan untuk berkeliling sebentar karena kelas masih kosong. Tidak lama kemudian, ada seseorang memasuki kelas. Kami kira, ia adalah guru kursus bahasa. Aku menanyakan apa benar kelas itu adala kelas Bahasa Korea. Ternyata, ia guru Bahasa Mandarin yang salah kelas. Seharusnya kelasnya berada di sebelah kami. Ia tergesa-gesa mengecek kertasnya, kami diminta turun kebawah untuk mengambil kunci sebelah. Awalnya, kami hanya bisa melongo. Tanpa tahu siapa kami, seseorang itu meminta turun ke lantai satu dan kembali ke lantai tujuh. Padahal kelas kami sudah dimulai. Hebat. Aku, Dina, dan Syifa terlambat.
            Perempuan berkuncir kuda yang datang sangat awal bersama kami ternyata teman sekelas. Namanya Kristin. Dia lebih tua dari ku, aku memanggilnya Mbak Kristin. Kelas kami kebanyakan perempuan, hanya dua murid laki-laki. Totalnya, ada tiga laki-laki ditambah dengan guru kursus yang juga laki-laki. Pertemuan pertama kami diabsen satu-persatu dengan menyebutkan nama panggilan. Kebiasaanku yang susah mengingat, membutuhkan banyak waktu untuk menghapalkan nama mereka.
            Pelajaran dimulai. Kami diperkenalkan dengan hangul, lebih tepatnya itu huruf  Korea yang bisa kalian lihat. Aku yang waktu itu masih terlalu bingung akan melakukan apa. Tentu saja, kesulitan untuk menghapalkan. Pelajaran yang kami dapat masih dasar. Seperti menulis huruf Korea, cara memperkenalkan diri, dan bagaimana berbicara dengan kalimat singkat dalam Bahasa Korea.
            Saat mempelajari angka Cina seonsaengnim memberikan PR untuk mengapalkan nomer telepon. Pembelajaran lebih didekatkan dengan apa yang ada disekitar kami. Kegiatan sehari-hari. Tidak terlalu sulit sebenarnya hanya butuh ketekunan serta keinginan untuk belajar. Sudah beberapa hari sejak perkenalan pertama ku dengan teman-teman satu kelas kursus. Tetap saja terasa canggung. Mungkin, disebabkan keanekaragaman rutinitas kami atau perbedaan usia. Ada rasa sungkan untuk menyapa kakak-kakak teman kursus terlebih dahulu.
            Ternyata kegiatan belajar kami tidak hanya di dalam kelas. Seonsaengnim mengundang kami untuk belajar memasak makanan Korea di rumahnya. Kegiatan yang menyenangkan. Jarang-jarangkan bisa makan, makanan Korea yang  dimasak langsung oleh orang Korea hehehe. Acara itu diadakan seusai buka puasa. Ya, memang bertepatan pada bulan puasa. Aku, Dina, dan Syifa yang notabennya harus menempuh jarak jauh untuk sampai ke rumah seonsaengnim memutuskan untuk beruka puasa di area kampus. Jaga-jaga agar tidak terlambat. Aku, Dina, dan Syifa dengan suka cita merencanakan acara buka puasa kami. Waktu itu tempat kami berbuka puasa masih sepi. Kami sengaja datang di McDonald’s (MCD) lebih awal. Kami kira MCD akan ramai, ternyata tidak. Sekali buka puasa bersama harus dengan menu yang istimewa. Oke. Aku, Dina, dan Syifa memesan makanan yang seharusnya ditujukan untuk anak-anak. Ya, kami memang masih anak-anak tapi, umur kami sudah 18+. Jadi, makanan itu berhadiah mainan tarik ulur yang dengan bangganya kami mainkan sambil menunggu waktu berbuka puasa. Ternyata, ada anak kecil yang juga memesan makanan dengan bonus mainan. Akhirnya… Aku, Dina, Syifa, dan anak kecil itu berlomba memainkan mainan tarik ulur secara tersirat. Kami berlomba, siapa yang lebih kekanakan, sebenarnya.

Buku kursus dan mainan dari McDonald's

            Sesuai rencana, setelah berbuka puasa bersama kami langsung menuju rumah seonsaengnim. Tepat, kami tidak terlambat. Acara memasak pun dimulai. Aku lupa nama makanannya apa saja. Satu yang aku ingat Gimbab. Satu persatu dari kami, sekitar delapan belas orang mencoba untuk membuat kimbab lalu memotongnya. Bagian memotong aku tidak ikut. Waktu itu, aku sudah sibuk makan dengan lahap entah kimbab buatan siapa. Acara memasak kami lebih terkesan seperti acara lawakan. Kami saling menyahut candaan yang sebenarnya jauh dari penting. Aku sangat yakin, seonsaengnim merasa tidak mengerti apa yang kami bicarakan dalam beberapa hal. Acara belajar memasak makanan Korea kelas kami, diakhiri dengan acara berfoto serta kecanggungan yang sudah melunak. Oh ya, aku sangat kenyang waktu itu. Perutku hampir meledak.

Proses membuat Gimbab

Ini Gimbab buatan kami hehe :-D

Waktu pelajaran memasak makanan Korea

            Hari-hari berikutnya kursus berjalan dengan menyenangkan. Aku sering terlambat. Malam hari aku sering bermain game sampai pagi. Siangnya tertidur. Terlambat kursus hal yang wajar. Kebiasaan buruk, oke aku tahu. Suasana kelas mencair setelah acara memasak. Kami lebih akrab dan bisa saling bercanda. Setiap akhir pecan kami diberikan PR oleh seonsaengnim entah itu menonton drama, mendengarkan lagu Korea, atau menuliskan kegiatan kami seharian selama liburan. Suasana belajar di kelas bertambah menarik saat kami belajar mata uang Korea. Kami juga bermain dengan kartu UNO. Siapa yang bisa menang menebak angka akan mendapatkan  uang  Korea. Ya, benar aku kalah. Kecepatan saraf  motorikku tidak sesuai dengan keinginanku. Ah.
            Minggu berikutnya kami mendapatkan pelajaran di luar kelas lagi. Kali ini, kami satu kelas akan berfoto dengan Hanbok (baju adat Korea). Sekali lagi, aku tertarik. Ini pertama kalinya. Seonsaengnim menjelaskan bagaimana cara memakai baju itu. Semua mendengarkan dengan penuh minat termasuk orang disekitar kami yang mengawasi kami dengan tatapan penasaran. Asal kalian tahu, kami berfoto di depan Rektorat. Oke, benar di depan rektorat. Hahaha. Terlena dengan baju itu yang melekat di tubuhku, aku sampai lupa untuk melepasnya. Sudah banyak foto yang terkumpul.

Ini kami berfoto di depan rektorat

Berfoto dengan Hanbok

            Dua kegiatan di luar kelas yang direncanakan seonsaengnim kali ini berganti. Kami muridnya merencanakan acara buka puasa bersama. Acara buka puasa saat itu di rumah Mbak Anisa. Makanan yang datang sangat banyak. Oke, menyiapkan perut untuk memasukkan semua makanan ke dalam perut membutuhkan keahlian khusus, asal kalian tahu. Mbak Kristin yang saat itu membawa pudding  yang sangat enak. Membuatku berpikir, siapapun yang menjadi suami Mbak Kristin nanti pasti sangat beruntung. Ya, beruntung bisa dibuatkan pudding setiap hari. Selesai makan, kami bermain. Permainan seputar pelajaran Bahasa Korea yang sudah kami dapat. Demi apapun, sejak awal aku sudah meramalkan aku tidak akan menang. Kekalahanku membuat aku sadar kalau ujian akhir kursus Bahasa Korea sebentar lagi dan aku… masih terpesona dengan game di laptop. Oke. Aku harus belajar. Dina yang memang terlihat pintar ternyata memang pintar. Dina mendapatkan hadiah. Bahkan, dia menang disetiap permainan. Dina, tau tidak? Aku iri. Kamu pintar. Yah.

Buka puasa bersama di rumah Mbak Anisa

            Tidak terasa kursus Bahasa Korea sudah berada diujung pertemuan. Kami sibuk mempersiapkan  materi-materi yang harus kami pelajari untuk ujian. Hari ujian tiba, aku hampir saja ketiduran sewaktu mengerjakan soal. Bukan karena soalnya mudah tapi, aku terlalu banyak belajar. Pengecualian untuk malam sebelum ujian, aku belajar. Iya, belajar.
            Kami merasa sedih harus meinggalkan kelas kursus Bahasa Korea. Kegiatan yang menyenangkan, teman baru dan pengalaman baru. Sepulang ujian kami masih sempat foto. Paling tidak untuk mencetak beberapa kenangan.

Foto setelah ujian

            Beberapa minggu lalu, kami mengadakan acara perpisahan untuk Mbak Kristin. Dia melanjutkan kuliah S2 di Korea Selatan.  Beruntung sekali. Acara perpisahan itu lebih seperti makan malam bersama ditambah dengan game. Mbak Aries dan Mbak Febri merencanakan untuk membuat permainan ‘Ala 17 Agustusan’. Permainan ini seperti lomba mengambil kelereng dengan sumpit, berjalan dengan balon, lomba memasukkan pensil dalam botol, dan lomba balap kelereng. Aku tidak bisa menceritakan banyak tentang acara kali ini karena aku belum mendapatkan foto-foto kami pada waktu itu. Pokoknya, aku menjadi juara dua lomba balap kelereng. Cukup bangga, paling tidak aku punya bakat dalam lomba balap kelereng. Hehe.
            Mengenal budaya lain merupakan pengalaman yang menarik. Selain belajar bahasa Korea. Aku juga belajar tentang kebudayaan Korea. Mungkin terlalu awal untuk mencintai sesuatu tapi, mengenal sesuatu itu lebih dalam membuatku memiliki dua pilihan menyukai atau membenci. Menyukai kebudayaan suatu bangsa lain, bukan berarti kita tidak menyukai kebudayaan bangsa sendiri. Bukan. Mengetahui kebudayaan orang lain. Membuat ku beajar satu pola pemikiran yang berbeda. Bagaimana, sesuatu yang terlihat benar oleh kita sebenarnya, tidak selalu benar. Dalam teori komunikasi ada yang dinamakan etnosentrisme. Kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku sendiri sebagai lebih baik, lebih logis, dan lebih wajar dari kultur lain (Devito, Joseph). Secara tidak sadar aku akan membandingkan kebudayaan yang sudah aku kenal sejak kecil dengan yang baru aku tahu. Sebenarnya tidak ada yang lebih salah, lebih benar, lebih baik, atau lebih buruk. Tergantung aku dapat melihat dari sisi mana.
            Aku rasa cukup catatan ku kali ini. Aku bisa membuat bosan kalian yang membaca jika aku terus mengetik. Sekali, aku menceritakan sesuatu akan terlihat sangat panjang. Aku penasaran, apa ini bakat? Atau hanya kesukaanku membual? Haha. Entahlah, yang pasti aku sangat menyukai menulis dan bercerita. Sampai jumpa, aku akan memperbarui catatan ini apabila ada potongan ingatan yang muncul, Terimakasih.

With love, Titiskw
NB:
  1. Seonsaengnim terimakasih sudah mengajarkan beberapa hal untuk kami.
  2. Kakak-kakak satu kelas, semoga kita dapat terus berkomunikasi dan terimakasih sudah mau berteman denganku.
  3. Kak Kristin, semangat! Aku juga ingin ke Korea tapi, aku cuma berlibur. Hehe. Doakan aku bisa menyusul (berlibur kesana)
  4.  Aku mengambil foto-foto ini yang memotret Mas Hamam. Terimakasih.

Selasa, 25 Juni 2013

Pensieve


Rasanya sudah lama sekali tidak menulis catatan di blog ini. Oke, kali ini aku kembali dengan catatan berjudul Pensieve. Bagi pembaca novel Harry Potter, istilah Pensieve sudah tidak asing. Pensieve adalah baskom berisi cairan biru yang biasanya digunakan oleh Dumbledore untuk menyimpan sebagian memorinya atau melihat kembali memorinya. Nah, catatan kali ini mirip dengan Pensieve. Aku akan berusaha menyimpan serta melihat kembali apa-apa saja yang aku lakukan selama tujuh bulan ini. Memang selama tujuh bulan, aku tidak sempat untuk membuka blog ku. Hah, salahkan saja memori ku yang sering lupa hal-hal penting, kali ini aku lupa password blog.

Berbeda dengan Pensieve milik Dumbledore yang dapat menyimpan memori dan memutarnya kembali secara sempurna. Pensieve yang aku maksud dalam catatan ku kali ini terbatas sama dengan dangkalnya memori ku. Oke, kita mulai saja.

Bercerita secara acak, aku mulai dari cerita bahwa sekarang aku adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Hal itu sudah aku ceritakan di 'Aku Mahasiswa, Sekarang!' untuk seseorang mahasiswa, aku memang paling santai mengikuti kegiatan ini-itu-itu-ini tidak seperti teman-teman yang lain. Yah, rumah ku yang memang jauh dari kampus, aku harus bolak-balik kampus-rumah-kampus-rumah setiap hari. Selain rumah ku jauh, kebiasaan yang gampang capek dan tidak bisa duduk lama-lama karena tulang punggung manja ini. Sebagian orang memang tidak mengerti hal-hal seperti itu, mereka yang langsung menuduh bahwa tidak memiliki kegiatan organisasi karena pemalas. Kadang, harus melihat juga dari beberapa sisi sebelum berpikir macam-macam. Oke.

Tentang skoliosis, aku sudah sedikit lupa tentang itu. Kecuali, kalau si Skoli sedang mengajak ku bermain (baca: berulah) atau kalau dia sedang ngambek. Aku terpaksa harus mengerjakan tugas dengan tidur. Skoli, memang suka bermain-main di waktu yang tidak tepat tapi, biarlah bagaimanapun kalau bukan karena dia mana bisa aku mendapat inspirasi cerita sebanyak itu.

Aku memiliki beberapa teman baru di kampus. Tidak bisa aku ceritakan semua. Aku akan menceritakan sebagian dari mereka. Semua teman ku luar biasa. Mungkin ini sudah takdir atau bagaimana aku selalu bertemu dengan orang yang luar biasa.

Pertama dimulai dengan huruf 'B'. Namanya Beti Hapsarie, dia memiliki account Twitter dengan username miumatsumoto. Aku tidak mau menulis banyak tentang dia  yang pasti dia pernah memberiku gantungan kunci replika telinga dan itu amat sangat mirip dengan potongan telinga, terimakasi Beti! Oh iya, dia juga memiliki blog tetapi aku lupa apa alamat blognya. Hehehe.

Ini foto Beti
Selanjutnya teteh, dia yang paling terlihat kalem dari semua teman ku yang abstrak. Hmm. Terlihat kalem bukan berarti memang kalem, ya. Nama asli teteh.... aku lupa, sangking seringnya aku memanggil dia teteh jadi lupa siapa nama aslinya. Kalian dapat bertemu teteh disini HanyNurrohmatia. Oh, nama teteh ternyata Hany. Oke.

Teteh yang sebelah kanan, berkerudung putih

Teman ku yang satu ini cocok dibilang flower girl, dia yang paling terlihat polos dan mempesona. Sebenarnya, sama sekali tidak polos. Panggil dia Lili. Hal-hal konyol yang dilakukan Lili tidak sejalan dengan kecantikannya. Hah.

 Ini dia Lili

Oke, kali ini kalian akan berkenalan dengan teman ku yang paling lucu. Lucu dalam arti komedian bukan lucu  dalam arti cute. Namanya Fitri. Dia juga sesepuh ku dalam menjadi B2UTY (Nama fans B2ST). Kalian harus mencoba membaca blognya yang dapat membuat muntah tertawa karena tingkah anehnya yang ia lakukan sejak bayi. Jangan tanya apa alamat blognya, aku lupa. Tapi, dia selalu menghantui Twitter lewat username ini wowrfd.

Ini foto Fitri yang terbaru, tepat diupload 
saat aku menulis catatan ini

Syifa Nuraisya, dia yang paling penolong dan bisa diandalkan. Dia teman ku mulai dari SMA walaupun kami dulu tidak dekat tetapi, kami pernah satu kelas pada mata pelajaran Bahasa Jerman. 

Syifa yang memakai kerudung kuning, sebelahnya aku

Teman ku yang satu ini berasal dari Surabaya. Dia penggemar basket dan dia sering mengaku sebagai istri Lee Hyuk Jae. Hah. Panggil dia Vivin. Oke, Vivin bukan istri Lee Hyuk Jae. 

Ini Vivin-bukan istri Lee Hyukjae

Nah, sudah itu perwakilan dari teman-teman yang aku kenalkan. Lain kali aku akan membuat catatan khusus tentang semua teman baru ku. Lain kali, kalau tidak lupa. Oh ya, kalau dulu waktu SMA aku punya XII IPA 2 sekarang aku punya kelas C. IK. 2. Kelas baru ku ini juga punya account  Twitter yang berisi jawaban dari tugas kami. Bila ingin melihat bagaimana tugas kuliah anak Ilmu Komunikasi bisa stalk disini CIK_2
Ini nama  teman-teman C. IK. 2

Salah satu mata kuliah Ilmu Komunikasi adalah Public Relations. Di mata kuliah ini kami diberikan tugas untuk menjadi biro konsultan. Tergagaslah Prestige. Nama biro konsultan ku dan teman satu kelompok. Terdiri dari aku, Lili, Syifa, Dera, Dylan, dan Chiekha

Prestige bekerja: Dylan, Syifa, dan Titis

Prestige: Dera, Dylan, dan Syifa

Pada saat kami bekerja, ada saatnya lelah. Hal itu, berakibat munculnya foto-foto seperti ini.

Dari kiri: Syifa, Lili, dan Titis

Betapa lelahnya kami hehehe

Selain, hal-hal baru yang aku dapat dari kampus. Aku juga memiliki keluarga baru di rumah. Januari beberapa bulan lalu. Aku pergi ke Jogja bersama Ibu dan tante. Kami pergi mengunjungi rumah kakak. Disana aku berjalan-jalan ke beberapa tempat pariwisata. Aku akan membuat catatan khusus untuk ini. semoga aku ingat, harus ingat.
Aku dan kakak di Museum Kereta Jogja

Dari Jogja membawa oleh-oleh kucing Persia. Umurnya masih tiga bulan, dia kucing kakak. Seharusnya namanya Zelo tapi, karena dia terlihat lebih gendut dari kelima saudaranya maka dia dipanggil 'Gendut'. Walaupun, umurnya masih tiga bulan, dia sudah pernah bepergian Jogja-Malang.

Ini Gendut

Ini Russel, kucing ke dua ku

Kalau dicatat kembali seperti menyimpan memori pada Pensieve, catatan ini akan jadi terlalu panjang. Banyak sekali kejadia selama tujuh bulan ini. Termasuk dengan ulang tahun ku yang tepat pada tanggal 3 Desember. Waktu itu aku mendapatkan beberapa hadiah. Sampai pada Ospek yang sangat mengesankan. Sangking menyenangkannya aku jadi terlalu panik lantas tidak sempat mengabadikan gambar melalui foto. Memang waktu berjalan sangat cepat bila kita menikmatinya atau berasa semakin lambat kalau tidak menikmatinya. Hampir tidak terasa, rambutku yang aku potong sekarang sudah mulai panjang lagi. Rasa suka ku yang dulu biasa saja pada Beast, sekarang berkembang dengan cepat dalam waktu yang singkat.  Aku mendapatkan buku gratis melalui kemenangan lomba resensi. Banyak sekali kejadian yang aku lewatkan bersama dengan waktu. Benar, aku-kita-kalian dikejar dengan waktu. Satu detik jadi satu menit satu menit jadi satu jam satu jam jadi satu hari sampai satu bulan bahkan satu tahun. 

Selain banyaknya kejadian yang aku dapat dengan berlari bersama waktu. Aku juga memiliki beberapa kejadin yang terlewat karena waktu. Tepatnya aku, berlari kurang cepat. Ingatan-ingatan juga tergerus oleh waktu. Beruntungnya aku memiliki Pensieve sebagai baskom penyimpan memori yang tercipta karena waktu dan kejadian yang tidak bisa diulang. Melalui Pensieve dalam bentuk catatan ini, akan ada percobaan untuk melihat apa-apa saja yang terlewat. 

Aku rasa, cukup catatan kecil ku kali ini. Aku akan membuat catatan ini terlihat sangat panjang kalau aku tidak berhenti mengetik sekarang. Hahaha. Aku akan menambahkan memori ku dalam Pensieve apabila, aku  menemukan kejadian yang menarik lainnya. Sampai jumpa.

With Love, Titis.

NB: Ini foto rambut baru ku dan Beast.

Lebih pendek

Beast! So Beast!

Sabtu, 10 November 2012

Sisi Lain

Hai, ini malam Minggu, bukan? Ya, seperti biasanya.  Tidak ada kerjaan selain berkutat dengan berbagai kegiatan penghabis waktu. Mulai dari bermain twitter, membaca novel, dan yah... sekarang aku memiliki satu kegiatan lagi, yaitu mengambil foto. Baiklah, tepatnya foto diri sendiri.
Berawal dari salah satu teman bermain Roleplayer, dia memiliki kegemaran mengikuti tutorial make up di Youtube. Dia yang awalnya sudah cantik menjadi jauh lebih cantik. Akhirnya, aku juga mencoba mengikuti, tetapi hanya sebatas memakai bedak. Hasilnya? Seperti tante-tante, lebih parah bahkan. 
Oke, kalian bisa lihat hasilnya sendiri. Kira-kira ada 12 foto kalau tidak salah. Sebenarnya banyak, tapi lebih baik aku post di tumblr aja. haha.















Cukup dua belas foto saja. haha. Baiklah, cuma ini catatan kecil yang aku share. Sampai jumpa. :)

Wih love, Tiskusuma.

Selasa, 06 November 2012

Angin Bertanya Kabar



Masih ingat catatan kecilku tentang Angin dan Daun? Lupa, coba baca lagi Gadis Itu Bernama Angin. Sekarang aku ingin sedikit membuka lagi tentang Angin dan Daun. Angin, ingin bertanya kabar. Kabar, sebenarnya bukan sekedar kabar Angin mulai rindu masa lalu.

Hai, Daun. Ini Angin. Masih ingat?
Aku paham kalau Daun lupa tentang Angin.
Seperti nama Angin, Angin memang sesuatu yang tidak untuk diingat.
Daun apa kabar?
Apa baik?
Bagaimana, apa disana menyenangkan?
Apa disana ada tempat makan mie satu suap bersama hujan?
Apa disana ada tangga kayu yang berderit kalau ada yang melewati?
Apa disana ada pohon besar yang dahannya selalu meminta jatuh?
Daun, Apa disana ada Angin yang sama?
Daun, di tempat Angin tidak ada yang sama
Tidak ada tangga kayu, pohon besar, dan tempat memakan mie
Iya, Angin tahu
Seperti kata Daun, Tidak ada yang sama bukan?
Seperti kata Daun, semua akan berubah karena waktu bukan?
Tapi, Daun. Kenapa Angin tidak bisa berubah?
Rasanya sama, Angin tetap suka.
Suka, ya benar suka.

With love, Tiskusuma

Titis Kusuma